Lele Sistem Resirkulasi Bilatho Farm
SISTEM RESIRKULASI PALING EFISIEN DAN TERMURAH SE DUNIA! BISA KURSUS JARAK JAUH (LONG DISTANCE LEARNING)
VIDEO LELE RAS 2012
Monday, April 13, 2015
MODEL PERTAMA LELE RAS BILATHOFARM. VIDEO INI DIBUAT TAHUN 2012.
PARAMETER KUALITAS AIR KOLAM BUDIDAYA
Monday, April 13, 2015
Dalam budidaya ikan, pengelolaan air adalah hal yang sangat penting, lebih-lebih dalam budidaya sistem resirkulasi. Parameter penting yang harus diperhatikan pada kandungan air adalah :
1. Dengan system ventury
System ini adalah menyedot udara kedalam air yang mengalir dalam pipa. Udara tersedot akibat perbedaan tekanan dalam pipa sehingga terjadi vakum dalam lubang pemasukan udara. Akibatnya udara tersedot dalam pipa.
Model alat yang menggunakan prinsip ventury diantaranya :
1.1. Down flow buble contactor
1.2. Pipa Lurus
2. Dengan aerator denagan menggunakan difusser
3. Dengan kincir yang digerakkan oleh motor listrik, biasanya dilakukan pada tambak
udang.
4. Aerator cascade
Air terjun yang dipecah menjadi pancuran kecil – kecil.Secara teknis contohnya adalah diantaranya :
4.1. Bakki shower
4.2. Pipa/talang yang dilobangi kecil-kecil
4.3. Air terjun yang melewati dinding atau jaring
2. Kandungan carbondioksida
Dalam kolam budidaya gas carbondioksida biasanya meningkat karena merupakan hasil efek samping dari respirasi ikan budidaya. Disamping itu gas ini dihasilkan dari proses fermentasi kotoran yang ada dalam kolam.Gas karbondioksida lebih mudah larut dalam air dibandingkan kelarutan oksigen. Sehingga kehadirannya sering mengusir dan menempati tempat oksigen dalam air. Dalam jumlah tinggi gas carbondioksida dapat beracun, karena kehadirannya dalam darah dapat menghalangi pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Menurunkan / membuang gas carbondioksida bisa dilakukan melaui :
Proses aerasi seperti pada no 1 diatas.
Disamping itu, untuk menyerap gas carbondioksida dapat pula dilakukan dengan mengkultur mikroalaga dalam kolam budidaya. Karena mikroalga memerlukan co2 untuk proses fotosintesa. Hasil efek sampingnya menghasilkan oksigen dalam air sehingga kolam kaya oksigen pada siang hari. Akan tetapi sebaliknya pada malam hari mikroalga memerlukan oksigen untuk proses respirasi, sehingga menghasilkan co2. Karenanya kadar oksigen akan jatuh pada malam hari. Untuk kolam dengan padat tebar tinggi aerasi mutlak dilakukan agar ikan tidak keracunan gas karbondioksida. Disamping itu untuk luas kolam terbatas dapat ditambahkan lampu neon diatas 40 watt diletakkan diatas kolam agar proses fotosintsa tetap berlangsung oleh mikroalga.
3. Derajat keasaman (PH air)
Derajat keasaman menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam air. Makin tinggi konsentrasi ion h+ maka air semakin asam(acid), ditunjukkan dengan PH <7, Makin tinggi konsentrasi ion oh- maka air semakin basa (alkali),ditunjukkan dengna PH >7. Air murni (neutral) ditunjukkan dengan PH = 7.
Ikan budidaya kebanyakan lebih suka hidup pada perairan dengan derajat keasaman netral dan condong basa.dalam kisaran PH 6.5 – 9. Optimum pada kisaran PH 7 -8.5. Air budidaya dengan derajat keasaman yang tinggi berbahaya bagi ikan budidaya. Karena penyakit kebanyakan berkembang dalam suasana asam. Proses fermentasi yang menghasilkan co2 juga sangant cepat dalam suasana asam. Aktifitas bakteri nitrifikasi akan berkurang bila PH air dibawah 7.Bahkan dengna PH<4 air tersebut bersifat racun bagi ikan.
Pada air kolam budidaya derajat keasaman disumbangkan dari :
Sumber air kolam itu sendiri ( air tanah atau air kali ) yang memang sudah asam
Sisa kotoran ikan didalam kolam yang terdekomposisi secara unaerob sehingga
mengalami proses fermentasi yang bersifat asam.
Hasil respirasi ikan budidaya berupa CO2 yang akan akan meningkatkan derajat
keasaman air.
Hasil respirasi mikroalga pada malam hari berupa CO2 juga meningkatkan derajat
keasaman air.
Air hujan yang masuk kedalam kolam. Karena akibat polusi udara hujan yang turun
bersifat asam.
Untuk menaikkan PH air dapat dilakukan dengan cara :
Pemberian kapur ( Liming )
Kapur merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk menaikkan ph air. Ada beberapa jenis kapur yang biasa dipergunakan yaitu :
Read more ...
1. Kelarutan oksigen (dissolved oxygen (DO)
Kelarutan oksigen dalam kolam air budidaya sangatlah penting. Karena oksigen berfungsi untuk respirasi bagi ikan. Oksigen diperlukan tubuh ikan untuk proses pembakaran makanan pada tubuh ikan. Kekurangan oksigen terlarut dalam air dapat mengganggu pertumbuhan dan aktifitas gerak dari ikan. Disamping itu oksigen diperlukan untuk mempercepat penguraian kotoran ikan.
Secara mendasar yang menyedot kelarutan oksigen di air adalah :
Ikan budidaya itu sendiri.
Sisa pakan ikan dan kotoran yang terdekomposisi (Biochemichal oxygen demand (BOD))
Bakteri nitrifiksai dan bakteri pengurai lainnya.
Secara prinsip untuk meningkatkan kelarutan oksigen agar larut dalam air adalah :
Memperbanyak bidang kontak udara yang masuk dalam air misalnya dengan diffuser yaitu udara yang masuk dalam air dipecah menjadi udara kecil- kecil.
Memperpanjang bidang gesek antar udara dengan air misalnya air terjun.
Memperpanjang /memperdalam bidang kontak antar udara dan air.
Banyak cara untuk meningkatkan kelarutan oksigen dalam air kolam budidaya
Diantaranya :
1. Dengan system ventury
System ini adalah menyedot udara kedalam air yang mengalir dalam pipa. Udara tersedot akibat perbedaan tekanan dalam pipa sehingga terjadi vakum dalam lubang pemasukan udara. Akibatnya udara tersedot dalam pipa.
Model alat yang menggunakan prinsip ventury diantaranya :
1.1. Down flow buble contactor
1.2. Pipa Lurus
1.3. Pipa Elbow
3. Dengan kincir yang digerakkan oleh motor listrik, biasanya dilakukan pada tambak
udang.
4. Aerator cascade
Air terjun yang dipecah menjadi pancuran kecil – kecil.Secara teknis contohnya adalah diantaranya :
4.1. Bakki shower
4.2. Pipa/talang yang dilobangi kecil-kecil
4.3. Air terjun yang melewati dinding atau jaring
2. Kandungan carbondioksida
Dalam kolam budidaya gas carbondioksida biasanya meningkat karena merupakan hasil efek samping dari respirasi ikan budidaya. Disamping itu gas ini dihasilkan dari proses fermentasi kotoran yang ada dalam kolam.Gas karbondioksida lebih mudah larut dalam air dibandingkan kelarutan oksigen. Sehingga kehadirannya sering mengusir dan menempati tempat oksigen dalam air. Dalam jumlah tinggi gas carbondioksida dapat beracun, karena kehadirannya dalam darah dapat menghalangi pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Menurunkan / membuang gas carbondioksida bisa dilakukan melaui :
Proses aerasi seperti pada no 1 diatas.
Disamping itu, untuk menyerap gas carbondioksida dapat pula dilakukan dengan mengkultur mikroalaga dalam kolam budidaya. Karena mikroalga memerlukan co2 untuk proses fotosintesa. Hasil efek sampingnya menghasilkan oksigen dalam air sehingga kolam kaya oksigen pada siang hari. Akan tetapi sebaliknya pada malam hari mikroalga memerlukan oksigen untuk proses respirasi, sehingga menghasilkan co2. Karenanya kadar oksigen akan jatuh pada malam hari. Untuk kolam dengan padat tebar tinggi aerasi mutlak dilakukan agar ikan tidak keracunan gas karbondioksida. Disamping itu untuk luas kolam terbatas dapat ditambahkan lampu neon diatas 40 watt diletakkan diatas kolam agar proses fotosintsa tetap berlangsung oleh mikroalga.
3. Derajat keasaman (PH air)
Derajat keasaman menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam air. Makin tinggi konsentrasi ion h+ maka air semakin asam(acid), ditunjukkan dengan PH <7, Makin tinggi konsentrasi ion oh- maka air semakin basa (alkali),ditunjukkan dengna PH >7. Air murni (neutral) ditunjukkan dengan PH = 7.
Ikan budidaya kebanyakan lebih suka hidup pada perairan dengan derajat keasaman netral dan condong basa.dalam kisaran PH 6.5 – 9. Optimum pada kisaran PH 7 -8.5. Air budidaya dengan derajat keasaman yang tinggi berbahaya bagi ikan budidaya. Karena penyakit kebanyakan berkembang dalam suasana asam. Proses fermentasi yang menghasilkan co2 juga sangant cepat dalam suasana asam. Aktifitas bakteri nitrifikasi akan berkurang bila PH air dibawah 7.Bahkan dengna PH<4 air tersebut bersifat racun bagi ikan.
Pada air kolam budidaya derajat keasaman disumbangkan dari :
Sumber air kolam itu sendiri ( air tanah atau air kali ) yang memang sudah asam
Sisa kotoran ikan didalam kolam yang terdekomposisi secara unaerob sehingga
mengalami proses fermentasi yang bersifat asam.
Hasil respirasi ikan budidaya berupa CO2 yang akan akan meningkatkan derajat
keasaman air.
Hasil respirasi mikroalga pada malam hari berupa CO2 juga meningkatkan derajat
keasaman air.
Air hujan yang masuk kedalam kolam. Karena akibat polusi udara hujan yang turun
bersifat asam.
Untuk menaikkan PH air dapat dilakukan dengan cara :
Pemberian kapur ( Liming )
Kapur merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk menaikkan ph air. Ada beberapa jenis kapur yang biasa dipergunakan yaitu :
Masing – masing jenis kapur memiliki daya netralitas yang berbeda- beda dan ditunjukkan dengan angka penetral dalam prosentase. Untuk tujuan meningkatkan ph air yang paling aman digunakan adalah kapur pertanian dan kapur dolomit. Karena dapat meningkatkan ph air tidak terlalu drastic sehingga aman untuk ikan budidaya. Kapur gamping dan kapur bangunan tidak baik untuk tujuan
meningkatkan ph air karena angka penetralnya terlalu tinggi. Kapur tersebut hanya digunakan untuk persiapan /pengolahan lahan tambak yang bersifat asam.
4. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam/Kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan PH air .Carbonat (CO3-) dan Bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida (OH-) merupakan pembentuk alkalinitas yang utama pada air. Air dengan alkalinitas tinggi memiliki kemampuan yang kuat untuk menetralkan (buffer) perubahan ph air. Karenanya air yang memiliki alkalinitas rendah dapat dinaikkan dengan menambahkan kapur pertanian/kapur dolomit. Karena kapur dapat bertindak sebagai buffer(penyagga) PH air.
Bila air condong menjadi basa maka ion bikarbonat akan membentuk ion carbonat dan
ion hydrogen yang bersifat asam sehingga air kembali menjadi netral
Sebaliknya bila air condong menjadi basa maka ion carbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bicarbonat dan melepaskan ion hirogen oksida yang bersifat basa sehingga air menjadi netral.
5. Suhu air kolam.
Suhu air kolam sangat mempengaruhi aktifitas dan nafus makan ikan budidaya.Suhu optimum untuk ikan budidaya adalah 28 – 32 derajat C. Dibawah suhu 25 derajat C ,aktifitas gerak dan nafsu ikan mulai menurun. Dibawah suhu 12 derajat C, ikan akan mati kedinginan. Diatas 35 derajat C, ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun. Semakin tinggi suhu kolam, akan mempercepat reaksi ammonium menjadi ammonia. Amonia lebih beracun dibanding dengan ammonium. Menurunkan dan menstabilkan suhu kolam dapat dilakukan dengan :
Memberikan aerasi pada air kolam terutama model pancuran atau aliran gesekan dapat menurunkan suhu air.
Menaikkan ketinggian air kolam agar fluktuasi suhu kolam tidak terlalu jauh sehingga ikan tidak stress.
Memelihara / mengkultur mikroalga dalam air kolam budidaya dapat menstabilkan suhu kolam.
Memelihara tanaman air dalam kolam seperti eceng gondok, azola, apu-apu.
6. Asam belerang (H2S)
Asam belerang adalah gas beracun yang larut dalam air,ditandai dengan adanya bau telur busuk/bau kentut dari air kolam. Gas ini terbentuk dari dekomposisi endapan kotoran ikan pada dasar kolam yang terfermentasi.
Untuk mengurangi terbentuknya gas tersebut dapat dilakukan dengan aerasi pada dasar kolam untuk mengurangi fermentasi yang berlebihan pada dasar kolam dan memberikan pancuran pada atas kolam agar gas H2S menguap.
7. Amonia dan Nitrit
Pakan ikan yang dimakan oleh ikan sebagian besar dirombak oleh tubuh ikan menjadi daging dan tenaga untuk energy gerak ikan. Sisanya akan dikeluarkan ikan menjadi kotoran padat (faeces) dan kotoran terlarut berupa ammonia. Faeces dikeluarkan lewat anus sedangkan ammonia melalui insang ikan. Kotoran padat dan sisa pakan akan diurai (dekomposisi) menjadi polypeptide, asam amino dan ammonia yang dapat terakumulasi pada air kolam.
Dalam kolam ammonia terdiri dari dua bentuk yaitu NH4+(ammonium/ionized ammonia) yang kurang beracun, dan NH3 (Unionized ammonia )yang sangat beracun. Kedua bentuk ammonia tersebut didalam air berada dalam kesetimbangan dengan reaksi sebagai berikut :
Makin tinggi ph kolam, makin tinggi suhu, maka ammonium (NH4+) akan bereaksi,
bergeser menjadi ammonia (NH3) yang sangat beracun.
Karenanya untuk membuang dan mengurai ammonia dapat dilakukan dengan:
Dengan aerasi system gesekan dan pancuran membantu ammonia terlepas dari air dan menguap ke udara.
Proses nitrfikasi, yaitu merombak ammonia menjadi nitrit dengan bantuan bakeri nitrosomonas
Selanjutnya nitrit dirombak oleh bakteri nitrobacter menjadi nitrat. Akan tetapi sampai jumlah tertentu kandungna nirit juga dapat meracuni ikan.
Nitrat inilah yang kemudian diserap oleh mikroalga bagi pertumbuhannya. Sehingga siklus nitrogen dapat tertutup sempurna. Keberadaan nitrat dalam kolam dapat ditolelir oleh ikan.
Dapat pula penguraian ammonia dan sisa pakan dengan bantuan bakteri decomposer yang bekerja dengan cara fermentasi (unaerob). Bakteri macam ini banyak dijual di pasaran dan diintrusi langsung kekolam atau melalui pakan. Hanya saja kolam ikan lekas menjadi bau, lebih - lebih bila terkena hujan.
8. Salinitas.
Salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam air. Terutamanya adalah kadar garam (Nacl). Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotic air. Makin tinggi salinitas air makin tinggi tekanan osmotiknya. Air dengan kadar garam tinggi akan menyerap air yang ada dalam tubuh ikan, sehingga ikan akan banyak minum dan menghindari kelebihan garam dengan mekanisme osmoregulasi. Pada budidaya ikan tawar, ketika ikan mengalami perubahan lingkungan dan kandungan
dalam air, biasanya ikan akan mengalami stress, biasanya mekanisme osmoregulasinya terganggu sehingga ikan akan kepayahan memompa air dari dalam tubuhnya. Dengan pemberian garam dengan dosis tertentu,maka viskositas (kekentalan) air kolam meningkat, sehingga cairan/air dalam tubuh ikan terserap keluar dari tubuh ikan sehingga kerja ginjalnya terbantu dalam memompa cairan dari dalam tubuhnya. Ini yang disebut mengurangi stress osmotic. Disamping itu penambahan garam pada dosis tertentu mengurangi keracunan nitrit,garam juga berfungsi sebagai antiseptic kulit ikan. Karenanya dianjurkan pada budidaya ikan air tawar selalu memberikan garam dengan dosis tertentu dalam air kolam agar ikan merasa nyaman ketika pindah kekolam yang baru. Disamping itu pemberian garam dapat mengurangi stress akibat turunnya hujan.
9. Kesadahan air (hardness).
Kesadahan air adalah banyaknya kandungan mineral dalam air dalam bentuk ion atau ikatan molekul. Elemen terbesar yang terkandung dalam air umumnya calcium (ca++), magnesium (mg++), natrium (na+), kalium(k+). Air asam biasanya menunjukkan reaksi lunak, air sadah biasanya keras karena itu
kesadahan air disebut kerkerasan air (hardness). Ikan budidaya senang hidup dalam air dengan kekerasan tertentu tapi kebanyakan senang berada di air lunak. Ikan lebih mudah beradaptasi dari air yang sifatnya lunak kekerasan dibanding dari keras ke air lunak. Untuk air budidaya dengan kesadahan yang tinggi biasanya condong basa, penggunaan kapur dilarang karena menaikkan ph air kolam secara drastic. Untuk penyesuaian treatment ikan pada tahap awal biasanya hanya digunakan garam dan composs tea(pupuk kompos yang disaring).
Labels:
AQUACULTURE,
BILATHOFARM,
BIOFLOCK,
IKAN,
LELE SANGKURIANG,
PROBIOTIK,
RAS SYSTEM
SISTEM BUDIDAYA IKAN
Monday, April 13, 2015
1. Sistem Terbuka :
Sistem dimana inlet dan outlet air/dinding kolam terbuka sehingga sumber air dapat mengalir terus menerus masuk dan keluar kedalam sistem budidaya
Contoh : Empang / tambak terbuka, keramba jaring apung.
Keunggulan : Biaya relatif murah dan sistemnya sederhana
Kelemahan : Sistem air budidaya mudah terganggu oleh faktor luar , seperti cemaran
serta penyakit.
2.Sistem Tertutup :
Sistem dimana air kolam budidaya tidak diganti. Air ditambah, dikurangi atau diganti hanya bila terdapat kendala atau masalah pada sistem budidaya. Tujuan utama dari system tertutup adalah meminimalkan pergantian air dari luar untuk mencegah gangguan dari luar system. Seperti cemaran dan bibit penyakit. Disamping itu penggunaan air lebih hemat. Akan tetapi kestabilan air mudah terganggu akibat kandungan air dalam kolam itu sendiri karena penumpukan kotoran dan sisa pakan
ikan. Karenanya di Indonesia popular menggunakan green water system.
Untuk memproses kotoran ikan ada 2 cara, didalam sistem atau diluar sistem.
2.1. PROSES DIDALAM SISTEM :
2.1.1. Dengan Mikroalga
Mikroalga atau yang dikenal dengan Green Water System adalah menggembang biakkan mikro alga dalam kolam untuk menyerap kandungan kotoran dan sisa pakan dan bibit penyakit dengan proses fotosintesa layaknya tanaman. Karenanya mikroalga dalam green water system mutlak memerlukan sinar matahari agar air tetap hijau. Mikroalga sampai batas tertentu dapat menyerap kandungan kotoran ikan.
Gambar Green Water System/Microalga
Gambar proses penyerapan kotoran oleh microalga melalui bakteri nitrifikasi
2.1.2. Dengan Bakteri Probiotik
Dewasa ini juga biasanya pembudidaya mengkultur bakteri probiotik untuk dicampurkan pada pakan atau disebarkan kedalam kolam. Bakteri probiotik pada campuran pakan bertujuan untuk memecah karbohidrat, protein dan lemak sehingga memudahkan penyerapan pakan oleh tubuh ikan. Disamping itu bakteri probiotik yang disebar dalam kolam bertujuan untuk mengurai kotoran dan sisa pakan agar menjadi netral dan tidak beracun. Diantaranya Bakteri Nitrosomonas sp untuk menguraikan ammonia nitrogen menjadi nitrit nitrogen dan Nitrobacter untuk menguraikan nitrit menjadi nitrat. Nitrat inilah yang diserap oleh microalga. Dominasi bakteri probiotik dalam kolam dapat menekan tumbuhnya bakteri pathogen. Seperti dalam tabel dibawah berikut. Kebanyakan bakteri probiotik bekerja dengan cara fermentasi.
No.
|
Jenis Bakteri Probiotik
|
Manfaat
|
1
|
Lactobacillus
sp
|
Menghambat
vibriosis
|
2
|
Psudomonas
Fluorescens
|
Menghambat
vibrio angullarum
|
3
|
Bacillus
sp
|
Menekan
bakteri vibrio
|
4
|
Stapilococcus
sp
|
Menekan
bakteri vibrio
|
5
|
Tetraselmis
suecica
|
Menghambat
Aeromonashydrophila
|
2.1.3. Dengan Bakteri Bioflok
Disamping bakteri probiotik kini dalam budidaya udang banyak menggunakan bakteri bioflok. Bakteri ini biasa dipakai dalam pengolahan air limbah (waste water treatment). Bakteri jenis ini lebih stabil dibanding bakteri probiotik, karena bakteri-bakteri ini berkumpul membentuk gumpalan-gumpalan dalam proses penguraian kotoran dan sisa pakan. Diharapkan gumpalan tersebut dapat dimakan kembali oleh ikan budidaya. Bakteri –bakteri ini untuk pertumbuhannya tidak bergantung pada sinar matahari, tetapi bakteri – bakteri ini bersifat heterotrof (memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya). Karena itu aerasi mutlak diperlukan.
Gambar kolam dengan sistem bioflock
Gambar proses penguraian kotoran dengan bakteri bioflock
Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan di system pengolahan air limbah industry dan mulai diterapkan di system pengolahan air media aquakultur.
Biofloc sendiri tersusun dari beberapa komponen yaitu :
A. Exopolisakarida,
Exopolisakarida adalah senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk flok. Exopolisakarida ini bersifat seperti “glue” atau “lem” yang menjadi tempat penempelan bakteri menjadi satu kesatuan bioflok. Tidak semua bakteri mampu menghasilkan exopolisakarida ini, hanya bakteri tertentu saja yang mampu menghasilkan exopolisakarida ini. Bakteri penghasil xopolisakarida ini merupakan bakteri pembentuk inti flok, dan disebut sebagai Floc Forming Bacteria (bakteri pembentuk flok).
B. Bakteri Pembentuk Flok
Beberapa bakteri pembentuk floc yang sudah teruji diaplikasikan dilapangan adalah:
Achromobacter liquefaciens
Arthrobacter globiformis
Agrobacterium tumefaciens
Pseudomonas alcaligenes
Zoogloea ramigera
Bakteri lain dapat ikut membentuk bio-floc setelah exopolisakarida dibentuk oleh bakteri pembentuk floc sebagai inti flok-nya.
Bakteri yang dapat ikut membentuk bio-floc misalnya
Bacillus circulans
Bacillus coagulans
Bacillus licheniformis
Bacillus subtillis dll
Bakteri yang ikut membentuk flok ini mempunyai fungsi dalam siklus nutrisi di dalam system bioflok. Bakteri ini disebut sebagai bakteri siklus fungsional, misalnya: Bacillus licheniformis yang berperan dalam siklus nitrogen.
Biofloc di alam umumnya terdiri dari 5 jenis bakteri atau lebih, minimal satu atau lebih merupakan bakteri pembentuk flok (penghasil exopolisakarida) dan bakteri yang lain dapat merupakan bakteri siklus fungsional yang berfungsi dalam siklus bioremediasi dan nutrisi.
Formasi bioflok ini terbentuk tidak secara tiba-tiba, tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan tertentu.
C. Bakteri Siklus Fungsional.
Factor yang mempengaruhi system bioflok adalah N/P rasio dan C/N rasio. N/P rasio dan C/N rasio harus diatas 20. Semakin besar N/P rasio dan C/N rasio maka flok yang terbentuk akan semakin baik. Untuk mengatur N/P rasio jalan terbaik adalah memperbesar N atau memperkecil P, untuk memperbesar N di lingkungan tambak tidak mungkin dilakukan karena menambah ammonia dalam tambak akan membahayakan udang, jalan terbaik adalah memperkecil P dengan cara mengikat phosphate. Sedangkan untuk mengatur C/N rasio dilakukan dengan cara memperbesar C dengan penambahan unsure karbon organic, misalnya molasses,dedak,tepung kanji. Didalam pakan itu sendiri sebenarnya sudah ada unsure C yaitu karbohidrat dan lemak, namun rasionya tidak mencukupi untuk mencapai C/N rasio diatas 20.
Keunggulan system bioflok ini adalah:
Dapat menghindari masuknya bibit penyakit dari luar, parameter air lebih stabil dan efek kerja bakteri lebih muncul.
System bioflok dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok terdapat proses siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit penyakit dari luar dapat diminimalkan. Ganti air biasanya hanya dilakukan untuk mengganti air yang menguap atau perembesan.
System bioflok lebih stabil dibandingkan dengan system probiotik biasa dikarenakan bioflok merupakan bakteri yang tidak berdiri sendiri, melainkan berbentuk flok atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk flok yang saling bersinergi.
Sedangkan system probiotik biasa bakteri yang ada ditambak merupakan sel-sel bakteri yang berdiri sendiri secara terpisah di air, sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka bakteri akan cepat kolap.
Kelemahan System Bioflok ini adalah:
Mutlak memerlukan aerasi, sehingga memerlukan daya listrik. Dimana tambak udang sekarang sedang popular menggunakan system bioflok. Sehingga biaya listriknya cukup besar.
Memerlukan alat ukur dan laboratorium yang cukup memadai.
Rawan mengganggu lingkungan, karena pada dasarnya system ini mengandalkan fermentasi carbon yang berupa pati atau gula sehingga mudah menimbulkan bau kecut akibat fermentasi.
Pada dasarnya air kolam budidaya biofloc adalah condong ke asam karena kandungan pati/ gula yang mengalami proses fermentasi dalam air sangat tinggi.Air kolam PH - nya naik karena ditopang oleh aerai oksigen dari aerator sehingga proses fermentasi dalam air dibatasi.Apabila listrik mati air yang bersuasana basa akan tiba – tiba mendadak menjadi asam karena fermentasi akan gantian mendominasi air kolam. Disamping itu kadar CO2 akan cepat naik dan mengusir O2 dalam air.Ini dapat berakibat fatal karena ikan akan stress dan mudah jadi sakit.
Karenanya disarankan budidaya dengan system biofloc harus memiliki cadangan listrik (Genset,aki dll).Dan gunakan Aerator dengan daya yang seimbang dengan kepadatan dan luas kolam untuk menahan agar ph tidak jatuh.
2.2. PROSES DILUAR SISTEM :
Proses pembuangan kotoran ikan dan sisa pakan diluar system terbagi dua yaitu :
2.2.1. Air tersebut dialirkan dan dibuang begitu saja keluar kolam.Inilah yang disebut
dengan system empang/ kolam terbuka.Dan ini berpotensi mencemari lingkungan.
2.2.2. Air limbah tersebut disrkulasi dan diolah kembali kedalam kolam ikan melalui proses skimming,filtrasi,biofiltrasi,degassing dan aerasi.System inilah yang kita kenal dengan system resirkulasi (Recirculating Aquaculture System (RAS).
Didalam system RAS dengan metode yang tepat maka kestabilan air sangat baik, karena kandungan kotoran dan sisa pakan dijebak dalm tangki filtrasi. Akan tetapi system ini mutlak memerlukan daya listrik yang cukup dan biayanya mahal dalam hal investasi. Semakin rumit system filtrasinya semakin mahal biaya investasinya, akan tetapi air yng balik ke kolam semakin jernih dan semakin baik kualitasnya. Untuk mengimbangi biaya investasi tersebut maka biasanya kepadatan tebar dalam system RAS sangat tinggi.( high density).Disamping itu biasanya yang dibudidayakan dalam system ras adalah ikan dengan harga komoditas yng tinggi.
Labels:
AQUACULTURE,
BILATHOFARM,
BUDIDAYA,
IKAN,
LELE RAS,
LELE SANGKURIANG,
PROBIOTIK,
SISTEM BUDIDAYA IKAN
BUDIDAYA IKAN SISTEM RESIRKULASI.
Sunday, April 12, 2015
DEFINISI
Sistem budidaya resirkulasi adalah system budidaya ikan dimana air dalam kolam budidaya disirkulasi kembali melalui proses sedemikian rupa sehingga kotoran ikan, sisa pakan, dan senyawa serta gas beracun hasil efek samping dari kotoran ikan dapat dijebak dalam tangki pengendapan dan filtrasi.
Setelah melalui tahapan tersebut, air yang kembali kedalam kolam , kandungan kotoran dan kandungan senyawa berbahaya sudah hilang, paling tidak berkurang.
Dengan proses tersebut diharapkan air yang kembali kekolam tetap stabil dan sehat, sehingga bakteri pathogen tidak berkembang, kesehatan dan daya tahan ikan terjaga, nafsu makan ikan tidak menurun, sehingga pertumbuhan ikan tidak terhambat dan tingkat kematian dapat diminimalisir.
PARAMETER YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DAN DIPERHATIKAN DALAM
SISTEM RESIRKULASI.
Tujuan dari dibuatnya system resirkulasi dalam budidaya ikan adalah :
1. Menghemat dalam penggunaan air dan ruang.
2. Tidak merubah kontur asli tanah.
3. Kestabilan system dari gangguan cuaca dan lingkungan (hewan predator dan hama serta penyakit dan lain – lain).
4. Pengendalian budidaya sepenuhnya pada pembudidaya bukan kepada lingkungan/alam.
5. Menaikkan efisiensi dan produktifitas denga system padat tebar (high density) ikan
budidaya.
6. Disamping itu system resirkulasi memiliki keuntungan dapat diintegrasikan dengan budidaya yang lain misalnya budidaya cacing sutra,daphnia,pembuatan pupuk organic,pertanian aquaponik sehingga disebut pertanian terintegrasi (integrated farming system).
Akan tetapi system resirkulasi tetap memiliki batasan dan sarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Harus adanya sumber listrik yang cukup.
2. Harus memperhitungkan investasi yang dikeluarkan dan overhead terhadap harga jual ikan budidaya. Karena hal ini sangat mempengaruhi dalam pemilihan alat yang digunakan.Makin mahal dan sensitive jenis ikan, makin lengkap tahapan system resirkulasi yang dibuat.
3. Memahami system budidaya ikan dan cara kerja masing – masing model alat agar tidak salah dalam membuat konfigurasi alat filtrasi.
4. Sistem ini tetap masih membutuhkan sumber air.
FAKTOR MENDASAR YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DALAM SISTEM RESIRKULASI
1.Kekuatan pompa
Sisa pakan dan kotoran akan mulai mengalami dekomposisi setelah melewati 1 jam. Karenanya sedapat mungkin kotoran sudah tersedot pompa ke proses filtrasi dibawah satu jam. Akan tetapi hal itu tidaklah mungkin. Sehingga para ahli mengatakan kekuatan pompa harus melebihi kapasitas kolam. Contoh : bila volume kolam 2500 liter maka kekuatan pompa harus diatas 2500 ltr/jam. Misalkan 5000 ltr/jam.
FOTO POMPA IKAN
2.Kapasitas filter.
Yang menentukan kapasitas tangki filter adalah
Jumlah pakan ikan ke kolam
Kekuatan pompa yang digunakan.
Volume kapasitas filter haruslah dapat menahan laju air agar tidak terlalu cepat agar kotoran dapat mengendap di dasar tangki filter. Makin besar debit pompa, makin dalam/makin panjang tangki filter.
3. Desain filter
Desain filter yang tepat haruslah dapat menjebak dan mengendapkan kotoran secara efektif.Secara mendasar penyaringan kotoran adalah dengan ditapis/ disaring secara langsung dengan tekanan ( pressurized ) atau tanpa tekanan. Atau dengan cara melambatkan aliran air sehingga kotoran kehilangan kecepatan sehingga mengendap. Biasanya kombinasi aliran down flow (mengalir kebawah ) dan up flow ( mengalir keatas ) yang tepat cukup efektif mengendapakan kotoran. Bentuk kolam system resirkulasi ada yang berbentuk melingkar,kubus dan persegipanjang.Akan tetapi yang ideal adalah berbentuk melingkar. Karena pada bentuk melingkar tidak ada daerah mati.jika arus dibuat berputar ikan akan terus bergerak berputar mengikuti arus.
Dalam pemilihan komponen system filtrasi harus memperhitungkan kepadatan dan jenis ikan yang dipelihara.Kunci keberhasilan system produksi dengan resirkulasi adalah menggunakan komponen treatment air dengan biaya yang efektive dan efisien. Secara ideal system resirkulasi akan menghilangkan kotoran padat, ammonia, nitrit, CO2, dan meningkatkan kelarutan oksigen ketika air kembali ke dalam kolam.semakin intensive budidaya, semakin sensitive ikan yang dipelihara maka proses yang digunakan semakin lengkap. Dibawah ini contoh proses treatment air kolam secara lengkap
CONTOH DESAIN SISTEM RESIRKULASI
DASAR – DASAR PROSES FILTRASI
Didalam proses filtrasi dala system budidaya resirkulasi,masalah yang harus dihadapi adalah :
1. Filtrasi kotoran ikan dan sisa pakan
2. Pengendalian ammonia , nitrit dan kandungan lainnya
3. Degassing
5. Oxygenation
6. Desinfeksi
1. Filtrasi kotoran ikan dan sisa pakan
Pellet yang dimakan ikan budidaya umumnya terkandung protein, carbohidrat, lemak ,vitamin dan mineral. Kotoran yang dikeluarkan ikan berupa kotoran padat dari anus dan ammonia melalui insang. Kotoran padat ini setelah beberapa waktu akan mulai terdekomposisi oleh bacteria. Dan ini akan menghasilkan ammonia.karena itu kotoran padat ini selekas mungkin harus dikeluarkan dari system.
Pada dasarnya kotoran padat diklasifikasikan menjadi tiga jenis :
1.1.
Kotoran padat yang mengendap kedasar
kolam(settleable solid).
Kotoran yang mengendap secara umum
lebih mudah dihilangkan dari kolam.
Bentuk bawah kolam sangat dianjurkan
berbentuk bidang miring menuju satu titik menuju lubang pembuangan ( bottom drain )/ tempat pompa sedot, sehingga
kotoranyang bersifat mengendap dapat seluruhnya tersedot melalui pompa.Dibawah
ini contoh bentuk bottom drain (lubang pembuangan di dasar kolam) :
Oleh pompa selanjutnya kotoran tersebut dijebak dan dipisahkan oleh filter. Contoh filter yang biasa digunakan misalnya:
Tangki sedimentasi dan Filter pengendapan up and down flow yang diberi media filter. Ada filter yang berbentuk memanjang dan berbentuk melingkar.
1.2. Kotoran padat yang melayang – layang di air kolam (suspended solid)
Kotoran padat yang tersuspensi ini tidak mudah mengendap di dasar kolam lebih lebih bila terkena arus atau gerakan ikan.kotoran ini akan lebih sulit lagi mengendap bila kotoran sudah mengalami dekomposisi sehingga air dan kotoran bersifat koloid (seperti air susu) , kotoran seolah menyatu dan larut dengan air. Biasanya jenis filter yang digunakan adalah :
1.2.1. Screen filter dan drum screen filter.
1.2.2. Sandfilter
1.2.3. Bead filter
1.2.4 Bubble Bead Filter
1.2.5 Polygeyser Filter
1.3. Kotoran suspensi yang halus dan kotoran tidak larut (fine and dissolve solid). Kotoran halus dan kotoran yang tak larut ( minyak, protein ) sulit dibersihkan dengan cara mekanis biasa. Karena kotoran tersebut melayang – laying diair tanpa bisa mengendap hal ini disebabkan karena air sudah bersifat koloid yang ada pengikatnya. Kotoran ini disebut dissolved organic compound (DOC). Secara kimia kesetimbangan ini dapat diganggu dengan memberikan tawas atau polyalumunium chloride ditambah soda kue sehingga terbentuk koagulan (flock) yang mengikat kotoran untuk mengendap. Akan tetapi hal ini berbahaya bagi biota ikan.
Karena itu untuk mengganggu /merusak ikatan koloid tersebut dengan diberi agitasi (kocokan) udara bertekanan/bubble udara dari bawah air didalam suatu kolom atau ruang sehingga ikatan koloidnya terganggu atau pecah menjadi gumpalan (koagulan) dan terjebak dalam busa udara. Busa inilah yang dibuang melalui pipa pembuangan. Alat ini disebut foam fractionator/protein skimmer.
Karenanya fungsi dari foam fractionator adalah :
Menjebak kotoran halus,minyak,protein kedalam busa foam fractionator
Merubah sifat air kolam dari koloid menjadi bersifat campuran sehingga kotoran tersuspensi menjadi koagulan dan mudah mengendap.
Gambar dari foam fractionator atau protein skimmer sebagai berikut :
Kolam yang menggunakan foam fractionator akan terlihat lebih jernih.Kabut pada air akan hilang atau berkurang.Air kolam yang tadinya seperti susu akan berubah hanya terlihat keruh bahkan menjadi bening karena kotoran besarnya mudah mengendap. Setelah biofilter penggunaan foam fractionator merupakan komponen terpenting dalam system resirkulasi.
2. Pengendalian ammonia, nitrit serta kandungan lainnya.
Amonia dibuang dan dikurang kadarnya melalui filter biologis. Prinsip dasar kerjanya adalah air dari kolam dilewatkan / dimasukkan dalam ruang dengan diagitasi/diberi arus dengan kombinasi udara agar kontak dengan media filter tempat berkembangnya bakteri nitrifikasi atau bakteri pengurai lainnya.Media filter biologis biasanya memiliki rongga atau bolong-bolong agar bidang kontak dengan air menjadi lebih luas. Di rongga inilah bakteri pengurai hidup dan berkembang karena memakan nitrogen yang terdapat dalam air. Contoh media filter bologis adalah plastic ring, plastic bead, plastic bead, jaring. Filter biologis merupakan komponen terpenting dalam system resirkulasi.
Dibawah ini contoh filter biologis :
2.1 Rotating Biological Contractor
2.2. Trickling Filter
2.3 Backy Shower
2.4. Fluidized Bed Filter/Submerged Biological Filter
2.5. Bead filter,buble bead, polygeiser filter .
Bubblebead filter,bead filter, polygeiser merupakan filter mekanis yang sekaligus dapat berfungsi sebagai filter biologis, karena media filter yang ada didalamnya dapat menjadi tempat hidup dan berkembangnya bakteri pengurai.Agar efektif sebelum difungsikan sebagai filter,bakteri pengurai dimasukkan kedam filter dan disirkulasi tertutup beberrapa waktu agar bakteri menempel dan berkembang di media filter.
3. Degassing ( pembuangan gas)
Gas – gas selain oksigen harus dibuang karena dapat meracuni biota ikan. Diantaranya gas CO2. Untuk membuang gas tersebut dapat dilakukan membuat pancuran kecil – kecil diatas kolam atau mengalirkan lapisan tipis air melaui dinding atau jarring vertical. Alat yang biasa digunakan adalah backy shower,pancuran air, dinding taman. Disamping itu biasanya dengan pancuran kandungan H2S (sulfur), ammonia juga ikut menguap dan terbuang ke udara.
4. Oxygenation
Sebelum air kembali ke kolam kelarutan oksigen harus dinaikkan agar konsumsi oksigen (COD) dikolam tercukupi. Cara meningkatkan kelarutan oksigen dapat dengan metode ventury, sistem pancuran, backy shower, aerator dengan difusser, dll.
5. Desinfeksi
Pada jenis – jenis ikan tertentu yang sensitive seperti ikan hias, ikan laut, kadang desinfeksi diperlukan sebelum air masuk kembali ke kolam.
Desinfeksi yang digunakan diantaranya :
Penggunaan lampu ultra violet.
Air yang kembali ke dalam kolam dilewatkan pipa yang diselubungi lampu ultraviolet, maka bakteri yang terpapar radiasi sinar ultra violet akan mati. Akan tetapi penggunaan lampu Uv tidak efektif bila air yang lewat masih keruh. Air yang lewat harus sudah jernih
Ozonisasi.
Ozon (O3) merupakan oksidator kuat. Dapat membunuh bakteri dalam air keruh sekalipun. Semakin lama kontack O3 dengan air semakin efektif membunuh bakteri. Akan tetapi semua bakteri yang kontak dengan ozon akan mati termasuk bakteri yang diperlukan dalam kolam.Disamping itu gas ozon juga berbahaya bagi ikan karena akan membakar insangnya. Karena itu sebelum air kembali ke kolam harus diyakini gas ozone sudah terbuang. Agar aman, penggunaan gas ini harus diinstalasi dan diberi petunjuk oleh orang yang berpengalaman.
Labels:
AQUACULTURE,
BILATHOFARM,
BIOFLOCK,
BUDIDAYA,
RAS SYSTEM,
RESIRKULASI
Subscribe to:
Posts (Atom)