Dengan anggapan
bahwa memelihara ikan lele adalah paling mudah, penulis memulai budidaya ikan
lele pada tahun 2009. Dengan harapan dan asumsi bahwa memelihara ikan lele
hanyalah memelihara ikan seperti pada ikan hias, yaitu memberi pakan dan
membersihkan filter, ternyata asumsi tersebut salah besar. Yang didapat bukan panen
yang cepat,melainkan kematian dan penyakit yang terus menerus sehingga panen
menjadi sangat lambat. Disamping itu hal yang tidak diduga penulis adalah bau
kolam ikan lele yang sangat menyengat karena pakan yang mengandung protein
tinggi. Hal ini sangat mengganggu lingkungan dimana kolam penulis terletak pada
pemukiman yang padat. Memang sejak awal penulis memulai budidaya ikan lele
dengan sistim padat tebar (4m2 setara 2000 ekor ikan). Hal ini bertujuan untuk
mengimbangi biaya pakan yang tinggi dan harga jual yang murah pada ikan
lele. Akan tetapi penulis tidak menyerah, karena banyak hal dapat dipelajari dari
budidaya ikan dan ini banyak berkaitan dengan teknologi. Diantaranya treatment
pengelolaan limbah ( waste water treatment) air kolam, teknik pemupukan (
fertilizing ) air kolam,macam – macam system filtrasi, teknik pengobatan pada
ikan,ilmu gizi ikan dengna proses fermentasi dan lain – lain. Pada mulanya
penulis mencari sumber pengetahuan melalui literatur yang ada di toko
buku. Disamping itu penulis juga banyak bertanya pada pembibit yang lebih
senior. Akan tetapi khususnya di Indonesia system resirkulasi belumlah
berkembang terlalu maju. Yang menggunakan system ini barulah untuk ikan hias
koi. Itupun menggunakan alat - alat yang cukup mahal karena import. Lagipula di
Indonesia khususnya ikan lele, cara budidayanya masih menggunakan system
air menggenang dan hanya bergantung
sepenuhnya pada dekomposisi bakteri pengurai dan mikroalga. Untuk budidaya
dengan kepadatan tinggi hal ini sangat beresiko karena kolam mudah sekali tidak
stabil karena factor cuaca yang tak menentu sehingga ph air mudah sekali turun
menjadi asam. disamping itu air kolam condong menjadi koloid (mengental seperti
cat) karena kandungan air semakin pekat. Air kolam mudah menjadi bau karena
proses fermentasi (unaerob) pada dasar kolam.
Sejak awal
penulis sadar karena tidak memiliki lahan yang luas penulis memfokuskan
budidaya ikan lele untuk penelitian dan pengembangan budidaya yang simple,
efisien dan berbiaya murah. Hal ini bertujuan agar pembudidaya dapat
mengaplikasikan system ini dengan mudah dan mandiri. Idealnya seorang
pembudidaya harus dapat membuat system dan filtrasi sendiri tanpa harus
membeli, disamping itu pembuatan bakteri pengurai ,pembuatan pakan serta aditif
untuk pakan, cara pengobatan dapat dilakukan sendiri. Hal ini bertujuan untuk
menekan biaya produksi dan investasi. Disamping itu pembudidaya harus mengurangi
ketergantung pada pabrikan. Sehingga pembudidaya memiliki keuntungan yang cukup
dari hasil panennya dan dapat hidup sejahtera dari usaha perikanannya.
Pada
akhirnya sangat ideal apabila petani dapat mengintegrasikan system perikanan
dan pertanian dalam satu system ( integrated farming system ) sehingga tidak
ada yang terbuang percuma dari limbah ikan (zerowaste) dan ini sangat ramah
lingkungan.
Didalam
budidaya ikan, kotoran (faeces ) dan sisa pakan adalah hal utama yang harus
dikendalikan. Didalam kolam proses penguraian dan pendekomposisian kotoran ikan
terbagi dua yaitu :
- Proses penguraian kotoran didalam
kolam yang umum dilakukan pembudidaya ikan yang ada di Indonesia khususnya ikan
lele. Proses dekomposisi dilakukan dengan menambahkan bakteri pengurai di air
kolam atau menambahkan bakteri pada pakan ikan. Disamping itu biasanya
pembudidaya mengkultur mikroalga dikolam sehingga air menjadi hijau. Ada pula
yang sedang digemari yaitu dengan system bioflok atau dengan mengkultur air
fermentasi didalam kolam.
- Proses penguraian kotoran diluar
kolam. Air limbah tersebut disirkulasi dan diolah kembali kedalam kolam ikan
melalui proses skimming, filtrasi, biofiltrasi, degassing dan aerasi. System inilah
yang kita kenal dengan system resirkulasi ( Recirculating Aquaculture System
(RAS). Didalam system RAS dengan metode yang tepat maka kestabilan air sangat
baik, karena kandungan kotoran dan sisa pakan dijebak dalam tangki filtrasi.
Akan tetapi system ini mutlak memerlukan daya listrik yang cukup dan biayanya
mahal dalam hal investasi. Semakin rumit system filtrasinya semakin mahal biaya
investasinya, akan tetapi air yang balik ke kolam semakin jernih dan semakin
baik kualitasnya. Untuk mengimbangi biaya investasi tersebut maka biasanya
kepadatan tebar dalam system RAS sangat tinggi (high density). Disamping itu
biasanya yang dibudidayakan dalam system ras adalah ikan dengan harga komoditas
yang tinggi.
Berdasarkan bercobaan dan pengalaman
dan proses belajar melalui internet dan literatur serta bertanya kepada
pembudidaya khususnya lele maka penulis berusaha mengkombinasikan kedua cara
diatas. Yaitu dengan cara :
- Penguraian limbah didalam kolam (
dengan substrat dekomposer)
- Penguraian limbah diluar kolam yaitu
dengan resirkulasi dan filtrasi ( Dengan alat organic separator )
Dengan kombinasi antara system ras dengan substrat decomposer
maka budidaya ikan menjadi sangat mudah
dan praktis serta kualitas air kolam sangat stabil. Kendali budidaya tidak lagi
dialam akan tetapi pada pembudidaya itu sendiri. Dan parameter yang digunakan
dalam budidaya sangat mudah.
Dibanding mengikuti system resirkulasi secara utuh system
resirkulasi bilatho farm biaya operasionalnya jauh lebih murah serta jauh lebih
mudah dan praktis. Adapun alat inovasi yang dibuat penulis adalah bernama
organic separator. Yaitu alat yang terdapat yang terdapat dalam tangki filtrasi.
Adapun cara kerja alat ini adalah sebagai berikut :
Air kolam yang mengandung kotoran dan bersifat koloid (kental) disedot pompa dan diagitasi (dikocok) dengan udara dalam chamber (ruangan)
bertekanan. Sehingga air dan kotoran yang bersifat koloid akan pecah/lepas
ikatannya. Akibatnya kotoran dan air akan terpisah menjadi campuran, minyak dan
protein akan terjebak oleh busa udara, lendir dan kotoran akan berikatan menjadi gumpalan ( koagulan/floc). Dan
gumpalan ini akan mengendap didasar tangki filtrasi atau menempel dijaring
filter. Sebagian kotoran yang tidak tersaring akan kembali kekolam. Akan tetapi
kotoran yang kembali sudah bersifat campuran, dimana air dan kotoran
terpisah.karena kotoran sudah menggumpal menjadi floc sehingga lebih mudah
mengendap. Air kolam hanya terlihat keruh dan tidak kental seperti air santan.
Akan tetapi untuk penghematan agar pembudidaya tidak
menggunakan pompa yang terlalu besar maka penulis tetap menggunakan substrat
(decomposer) untuk mendekomposisi kotoran yang ada di kolam, agar kerja system
filtrasi menjadi lebih efisien. Substrat ini pada dasarnya sudah bersifat
koagulan jika diagitasi dengan udara karena berasal dari berbagai kandungan
serat yang sudah terdekomposisi sempurna.dan bahan ini banyak dijual dipasaran
dengan harga yang murah. Dan cara pemakaiannya cukup diperas dalam air dengan
saringan agar larut kedalam kolam dan membantu mengikat kotoran yang ada dalam
air dengan bantuan aerasi. Atau decomposer ini dicampurkan pada pakan agar pakan
ikan sudah mengandung decomposer sehingga kotoran ikan lebih mudah menjadi koagulan.
Secara garis besar
system yang digunakan pada bilatho farm adalah system resirkulasi dengan filter
organic separator yang dibantu oleh
decomposer dalam kolam dengan tujuan merubah sifat kotoran dari koloid menjadi
campuaran dan bersifat koagulan (flock). Sehingga kotoran dan air terpisah
(self purifiying/air memurnikan sendiri). Karena terpisah maka sebagian besar
kotoran yang bersifat koagulan dapat dijebak di tangki filter. Dan air yang
kembali ke kolam bersifat netral. Walaupun kolam terlihat keruh air tersebut
aman bagi ikan karena kotoran hanya bersifat campuran (menjadi koagulan/flok) terhadap air (air
terpisah dengan kotoran).
Karena air bersifat campuran terhadap kotoran, maka air kolam
condong encer (minyak dan protein terikat menjadi floc). Karenanya air kolam
condong tidak perlu diganti,tetapi hanya ditambahkan akibat pembuangan air dan
konsentrat kotoran dari filter.sehingga penggunaan air sangat hemat. Dan yang cukup membantu adalah, kombinasi dari filter organic
separator dan penggunaan substrat yang sudah mengandung bakteri pengurai akansangat
mengurangi bau kolam. Disamping pengelolaan kualitas air kolam yang baik, yang
menentukan keberhasilan dalam budidaya ikan adalah :
- Teknik pengobatan ikan yang tepat.
Dalam kolam budidaya
tempat penulis, kelangsungan hidup lele diatas 90%. Hal ini disebabkan ketika
ikan datang ikan langsung diberi antiseptic dan diberi pengobatan dan asupan
vitamin secara kontinyu selama satu
minggu. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan luka-luka akibat benturan dan
gesekan selam transportasi. Disamping itu kolam diberi penggaraman dengan dosis
yang tepat. Untuk menentukan dosis obat yang tepat ketika ikan baru tiba harus
ditimbang.dalam satu minggu biasanya kulit ikan akan mulus kembali sehingga
resiko kanibalisme akan berkurang jauh. Ikan lele akan menyerang ikan yang lain
yang memiliki luka yang terinfeksi karena berbau busuk dan amis. Obat- obat yang
digunakan adalah obat yang dapat dibeli diapotik, sehingga harganya jauh lebih
murah. Dan petunjuk pengobatan ini bukan berdasarkan cara penulis sendiri tetapi
mengikuti petunjuk dari standard departemen perikanan di Indonesia.
Karena itu pada dasarnya penyakit
apapun dalam air kolam (seperti aeromonas, jamur,bintik putih) tidak dapat
dihindari. Karenanya jalan yang terbaik ditempuh penulis adalah mengobati luka
terbuka dengn dosis yang tepat dan menguatkan daya tahan ikan dengan vitamin
dan aditif lainnya sehingga penyakit itu tidak dapat masuk ke dalam tubuh
ikan. Dan cara ini terbukti efektif menaikkan kelangsungn hidup ikan.
- Teknik pembuatan aditif (asupan
tambahan )untuk pakan ikan diantaranya :
1. Aditif protein untuk pakan ikan.
Aditif ini terbukti mampu
mencegah ikan macet tumbuh.
2. Probiotik untuk menaikkan daya serap
pakan.
Probiotik ini dapat
dengan mudah dibuat oleh pembudidaya dengan biaya murah dan membuat ikan
menjadi berdaging.( gemuk dipunggung, bukan diperut )
3. Aditif untuk menaikkan nafsu makan
ikan.
Aditif ini bila disemprot
pada pellet murah sekalipun akan dikejar oleh ikan lele.Aditif ini sangat
efektif agar pakan yang diberikan tidak tersisa.
4. Jenis vitamin yang ada dipasaran yang
efektif meningkatkan daya tahan tubuh ikan untuk menghadapi perubahan cuaca.
- Pemberian substrat tambahan yang dicampurkan pada (pellet) pakan
ikan.
Substrat ini sangat vital dan wajib dicampurkan pada pakan ikan. Substrat ini mengandung serat tinggi, mineral dll, yang sudah mengalami dekomposisi sempurna dan sudah mengandung mikroba pengurai. Fungsi substrat ini adalah :
Substrat ini sangat vital dan wajib dicampurkan pada pakan ikan. Substrat ini mengandung serat tinggi, mineral dll, yang sudah mengalami dekomposisi sempurna dan sudah mengandung mikroba pengurai. Fungsi substrat ini adalah :
A. Meningkatkan daya serap pakan kedalam
tubuh ikan.Sehingga tubuh ikan menjadi gemuk (berdaging). Sehiungga efisisensi
pakan dapat ditingkatkan jauh lebih baik.
B. Karena berupa serat substrat ini
membantu feces ikan menjadi koagulan, sehingga lendir dari fecess ikan terserap
pada koagulan.
C. Membantu kerja filter organic
separator agar kotoran ikan tidak menjadi koloid dalam air tapi bersifat
campuran.sehingga walaupun air kolam keruh, Air terpisah dari kotoran dan air
dapat memurnikan dirinya sendiri.Sehingga aman bagi ikan.
D. Dapat mengurangi dan menyerap bau
kolam.
E. Digunakan untuk pemupukan awal kolam.
Yang terakhir, system ini bisa langsung diitegrasikan dengan system budidaya yang lain diantaranya :
Yang terakhir, system ini bisa langsung diitegrasikan dengan system budidaya yang lain diantaranya :
- Dengan budidaya aquaponic
Air keluaran dari system
filtrasi bisa lansung untuk mengairi sayuran aquaponic.Karena air tersebut
sudah mengandung hara yang cukup dan PH-nya bersifat netral.Disamping itu
kotoran ikan sudah bersifat koagulan.Sehingga aman ketika menempel pada media
tanam atau akar sayuran aquaponic.
- Budidaya cacing sutra
Konsentrat kotoran ikan
difilter dapat langsung dipindahkan ke talang air untuk budidaya cacing sutra
dengan ditambah agitasi udara dan aerasi yang cukup.Sehingga cacing sutra tidak
memerlukan tambahan apapun untuk pakannya.
- Membuat pupuk organic
Dengan sedikit
pengolahan, konsentrat kotoran ikan dapat diolah menjadi media tanam.
Bila pembudidaya memiliki lahan yang cukup maka system resirkulasi bilatho farm siap diintegrasikan antara peternakan, perikanan, dan pertanian sehingga menjadi integrated farming system.
Bila pembudidaya memiliki lahan yang cukup maka system resirkulasi bilatho farm siap diintegrasikan antara peternakan, perikanan, dan pertanian sehingga menjadi integrated farming system.
Karenanya,
system resirkulasi bilathofarm ini
memiliki banyak kelebihan, Karena dapat diintegrasikan dengan budidaya yang lain
sehingga dapat menambah keuntungan bagi pembudidaya itu sendiri dengan cara
yang mudah. Hal ini bertujuan untuk mengimbangi biaya pakan dan biaya investasi
serta biaya listrik dari system resirkulasi.
sangat menarik tulisan anda, saya mau tanya ditambahkan protein apa selain pelet, untuk disinfektan yang paling efektif menggunakan apa, dan untuk aditif biasanya menggunakan apa, terakhir fungsi skemer protein sama tidak dengan filter mohon penjelasanya
ReplyDelete