SISTEM BUDIDAYA IKAN

Monday, April 13, 2015



1. Sistem Terbuka :
Sistem dimana inlet dan outlet air/dinding kolam terbuka sehingga sumber air dapat mengalir terus menerus masuk dan keluar kedalam sistem budidaya 
Contoh : Empang / tambak terbuka, keramba jaring apung.
Keunggulan : Biaya relatif murah dan sistemnya sederhana
Kelemahan : Sistem air budidaya mudah terganggu oleh faktor luar , seperti cemaran
serta penyakit.

2.Sistem Tertutup :
Sistem dimana air kolam budidaya tidak diganti. Air ditambah, dikurangi atau diganti hanya bila terdapat kendala atau masalah pada sistem budidaya. Tujuan utama dari system tertutup adalah meminimalkan pergantian air dari luar untuk mencegah gangguan dari luar system. Seperti cemaran dan bibit penyakit. Disamping itu penggunaan air lebih hemat. Akan tetapi kestabilan air mudah terganggu akibat kandungan air dalam kolam itu sendiri karena penumpukan kotoran dan sisa pakan
ikan. Karenanya di Indonesia popular menggunakan green water system.


Untuk memproses kotoran ikan ada 2 cara, didalam sistem atau diluar sistem.


2.1. PROSES DIDALAM SISTEM :


2.1.1. Dengan Mikroalga

Mikroalga atau yang dikenal dengan Green Water System adalah menggembang biakkan mikro alga dalam kolam untuk menyerap kandungan kotoran dan sisa pakan dan bibit penyakit dengan proses fotosintesa layaknya tanaman. Karenanya mikroalga dalam green water system mutlak memerlukan sinar matahari agar air tetap hijau. Mikroalga sampai batas tertentu dapat menyerap kandungan kotoran ikan.

Gambar Green Water System/Microalga

Gambar proses penyerapan kotoran oleh microalga melalui bakteri nitrifikasi

2.1.2. Dengan Bakteri Probiotik

Dewasa ini juga biasanya pembudidaya mengkultur bakteri probiotik untuk dicampurkan pada pakan atau disebarkan kedalam kolam. Bakteri probiotik pada campuran pakan bertujuan untuk memecah karbohidrat, protein dan lemak sehingga memudahkan penyerapan pakan oleh tubuh ikan. Disamping itu bakteri probiotik yang disebar dalam kolam bertujuan untuk mengurai kotoran dan sisa pakan agar menjadi netral dan tidak beracun. Diantaranya Bakteri Nitrosomonas sp untuk menguraikan ammonia nitrogen menjadi nitrit nitrogen dan Nitrobacter untuk menguraikan nitrit menjadi nitrat. Nitrat inilah yang diserap oleh microalga. Dominasi bakteri probiotik dalam kolam dapat menekan tumbuhnya bakteri pathogen. Seperti dalam tabel dibawah berikut. Kebanyakan bakteri probiotik bekerja dengan cara fermentasi.



No.
Jenis Bakteri Probiotik
Manfaat
1
Lactobacillus sp
Menghambat vibriosis
2
Psudomonas Fluorescens
Menghambat vibrio angullarum
3
Bacillus sp
Menekan bakteri vibrio
4
Stapilococcus sp
Menekan bakteri vibrio
5
Tetraselmis suecica
Menghambat Aeromonashydrophila

2.1.3. Dengan Bakteri Bioflok

Disamping bakteri probiotik kini dalam budidaya udang banyak menggunakan bakteri bioflok. Bakteri ini biasa dipakai dalam pengolahan air limbah (waste water treatment). Bakteri jenis ini lebih stabil dibanding bakteri probiotik, karena bakteri-bakteri ini berkumpul membentuk gumpalan-gumpalan dalam proses penguraian kotoran dan sisa pakan. Diharapkan gumpalan tersebut dapat dimakan kembali oleh ikan budidaya. Bakteri –bakteri ini untuk pertumbuhannya tidak bergantung pada sinar matahari, tetapi bakteri – bakteri ini bersifat heterotrof (memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya). Karena itu aerasi mutlak diperlukan.


Gambar kolam dengan sistem bioflock


Gambar proses penguraian kotoran dengan bakteri bioflock

Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan di system pengolahan air limbah industry dan mulai diterapkan di system pengolahan air media aquakultur.



Biofloc sendiri tersusun dari beberapa komponen yaitu :

A. Exopolisakarida,
Exopolisakarida adalah senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk flok. Exopolisakarida ini bersifat seperti “glue” atau “lem” yang menjadi tempat penempelan bakteri menjadi satu kesatuan bioflok. Tidak semua bakteri mampu menghasilkan exopolisakarida ini, hanya bakteri tertentu saja yang mampu menghasilkan exopolisakarida ini. Bakteri penghasil xopolisakarida ini merupakan bakteri pembentuk inti flok, dan disebut sebagai Floc Forming Bacteria (bakteri pembentuk flok).
B. Bakteri Pembentuk Flok
Beberapa bakteri pembentuk floc yang sudah teruji diaplikasikan dilapangan adalah:
 Achromobacter liquefaciens
 Arthrobacter globiformis
 Agrobacterium tumefaciens
 Pseudomonas alcaligenes
 Zoogloea ramigera
Bakteri lain dapat ikut membentuk bio-floc setelah exopolisakarida dibentuk oleh bakteri pembentuk floc sebagai inti flok-nya.

Bakteri yang dapat ikut membentuk bio-floc misalnya
 Bacillus circulans
 Bacillus coagulans
 Bacillus licheniformis
 Bacillus subtillis dll

Bakteri yang ikut membentuk flok ini mempunyai fungsi dalam siklus nutrisi di dalam system bioflok. Bakteri ini disebut sebagai bakteri siklus fungsional, misalnya: Bacillus licheniformis yang berperan dalam siklus nitrogen.
Biofloc di alam umumnya terdiri dari 5 jenis bakteri atau lebih, minimal satu atau lebih merupakan bakteri pembentuk flok (penghasil exopolisakarida) dan bakteri yang lain dapat merupakan bakteri siklus fungsional yang berfungsi dalam siklus bioremediasi dan nutrisi.
Formasi bioflok ini terbentuk tidak secara tiba-tiba, tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan tertentu.

C. Bakteri Siklus Fungsional.
Factor yang mempengaruhi system bioflok adalah N/P rasio dan C/N rasio. N/P rasio dan C/N rasio harus diatas 20. Semakin besar N/P rasio dan C/N rasio maka flok yang terbentuk akan semakin baik. Untuk mengatur N/P rasio jalan terbaik adalah memperbesar N atau memperkecil P, untuk memperbesar N di lingkungan tambak tidak mungkin dilakukan karena menambah ammonia dalam tambak akan membahayakan udang, jalan terbaik adalah memperkecil P dengan cara mengikat phosphate. Sedangkan untuk mengatur C/N rasio dilakukan dengan cara memperbesar C dengan penambahan unsure karbon organic, misalnya molasses,dedak,tepung kanji. Didalam pakan itu sendiri sebenarnya sudah ada unsure C yaitu karbohidrat dan lemak, namun rasionya tidak mencukupi untuk mencapai C/N rasio diatas 20.

Keunggulan system bioflok ini adalah:
 Dapat menghindari masuknya bibit penyakit dari luar, parameter air lebih stabil dan efek kerja bakteri lebih muncul.
 System bioflok dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok terdapat proses siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit penyakit dari luar dapat diminimalkan. Ganti air biasanya hanya dilakukan untuk mengganti air yang menguap atau perembesan.
 System bioflok lebih stabil dibandingkan dengan system probiotik biasa dikarenakan bioflok merupakan bakteri yang tidak berdiri sendiri, melainkan berbentuk flok atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk flok yang saling bersinergi.
 Sedangkan system probiotik biasa bakteri yang ada ditambak merupakan sel-sel bakteri yang berdiri sendiri secara terpisah di air, sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka bakteri akan cepat kolap.

Kelemahan System Bioflok ini adalah:
 Mutlak memerlukan aerasi, sehingga memerlukan daya listrik. Dimana tambak udang sekarang sedang popular menggunakan system bioflok. Sehingga biaya listriknya cukup besar.
 Memerlukan alat ukur dan laboratorium yang cukup memadai.
 Rawan mengganggu lingkungan, karena pada dasarnya system ini mengandalkan fermentasi carbon yang berupa pati atau gula sehingga mudah menimbulkan bau kecut akibat fermentasi.
 Pada dasarnya air kolam budidaya biofloc adalah condong ke asam karena kandungan pati/ gula yang mengalami proses fermentasi dalam air sangat tinggi.Air kolam PH - nya naik karena ditopang oleh aerai oksigen dari aerator sehingga proses fermentasi dalam air dibatasi.Apabila listrik mati air yang bersuasana basa akan tiba – tiba mendadak menjadi asam karena fermentasi akan gantian mendominasi air kolam. Disamping itu kadar CO2 akan cepat naik dan mengusir O2 dalam air.Ini dapat berakibat fatal karena ikan akan stress dan mudah jadi sakit.
Karenanya disarankan budidaya dengan system biofloc harus memiliki cadangan listrik (Genset,aki dll).Dan gunakan Aerator dengan daya yang seimbang dengan kepadatan dan luas kolam untuk menahan agar ph tidak jatuh.

2.2. PROSES DILUAR SISTEM :

Proses pembuangan kotoran ikan dan sisa pakan diluar system terbagi dua yaitu :

2.2.1. Air tersebut dialirkan dan dibuang begitu saja keluar kolam.Inilah yang disebut
dengan system empang/ kolam terbuka.Dan ini berpotensi mencemari lingkungan.

2.2.2. Air limbah tersebut disrkulasi dan diolah kembali kedalam kolam ikan melalui proses skimming,filtrasi,biofiltrasi,degassing dan aerasi.System inilah yang kita kenal dengan system resirkulasi (Recirculating Aquaculture System (RAS).
Didalam system RAS dengan metode yang tepat maka kestabilan air sangat baik, karena kandungan kotoran dan sisa pakan dijebak dalm tangki filtrasi. Akan tetapi system ini mutlak memerlukan daya listrik yang cukup dan biayanya mahal dalam hal investasi. Semakin rumit system filtrasinya semakin mahal biaya investasinya, akan tetapi air yng balik ke kolam semakin jernih dan semakin baik kualitasnya. Untuk mengimbangi biaya investasi tersebut maka biasanya kepadatan tebar dalam system RAS sangat tinggi.( high density).Disamping itu biasanya yang dibudidayakan dalam system ras adalah ikan dengan harga komoditas yng tinggi.

2 comments:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan BIOFLOC 100gr untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    ReplyDelete
  2. posting cara membuat bakteri bioflok dong

    ReplyDelete